Gaung- (18/12) Setelah Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) dan Himpunan Mahasiswa Sipi (HMS) menggelar aksi berturut-turut pada tanggal 2 & 5 Desember. Kembali Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar yang dinaungi oleh BEM Fakultas Teknik yang terdiri dari Himpunan Mahasiswa Sipil, Himpunan Mahasiswa Mesin, Himpunan Mahasiswa Elektro, dan Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia menggelar aksi setelah dikeluarkannya surat hasil Keputusan Rapat Pimpinan UKI Paulus, yang diantaranya mahasiswa yang menjadi pengurus kelembagaan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan meminta agar HMM dan HMS segera melakukan musyawarah anggota luar biasa dengan agenda khusus pemilihan pengurus baru sesuai dengan kebijakan serta menegaskan agar jam malam di patuhi oleh seluruh civitas akademik. Aksi ini dimulai dari Gedung H pada pukul 11.35 WITA, dengan tuntutan mencabut Surat Keputusan aturan rektor tentang pedoman yang mengintervensi ormawa terlalu jauh, meminta kejelasan garis pertanggungjawaban ke pihak jurusan, stop pengambilan keputusan tanpa landasan yang jelas, dan mencabut hasil rapat pimpinan UKI Paulus.
Di depan rektorat, setiap korlap masing-masing jurusan dan beberapa dari massa aksi menyampaikan orasi nya. Berdasarkan aturan SK Kebijakan Rektor No. 315/UKIP.02/A/IX/2018 pada bab IV pasal 9 membuat pengurus terpilih HMM dan HMS tidak dapat dilantik dikarenakan permasalahan IPK dan semester.
"kami tidak ingin menghapus aturan rektor namun ada beberapa point di dalamnya yang tidak sesuai,yang benar-benar mengintervensi. Jangan membuat aturan yang semenah-menah, ada batasan yang ruang lingkupnya khusus mahasiswa. Kami memilih ketua, sekertaris, bendahara punya dasar,kami memilih orang yang di percaya dan berkompeten"ungkap kordinator mimbar. Kami juga menuntut kebebasan jam malam yang di tetapkan. Fakultas teknik kuliah sampai sore, kampus sudah libur kami masih praktikum dan asistensi, kampus kita berbentuk L liatlah ujungnya ketika libur fakultas teknik tetap ramai, kamipun mau berlembaga, kami tidak butuh 24 jam tapi tolonglah relevan jangan hanya sampai jam 8, bencong saja pulang pagi, kami pulang jam 8 tambahnya.
Dalam orasi yang disampaikan oleh salah satu korlap, bahwasanya pada rapat pimpinan ada dosen yang mengatakan mahasiswa ikut berlembaga karena di iming-imingi uang, massa aksi mempertanyakan dan menuntut pertanggungjawaban dari pernyataan dosen tersebut.
Ir. Alpius, M.T. selaku wakil rektor III bidang kemahasiswaan mengatakan pada rapat itu kami menyampaikan tuntutan-tuntutan mahasiswa, setelah itu tiap pimpinan dimintai masukan, termasuk pernyataan tadi mungkin salah persepsi bahwasanya bukan di iming-imingi, tetapi setiap kegiatan kemahasiswaan di UKIP ada dananya, sudah dipersiapkan dan dipergunakan. Tentang pertanggungjawaban diperlukan untuk pelaporan ke DIKTI bahwasanya mahasiswa di UKIP punya kegiatan.
Tak puas, massa aksi menuntut klarifikasi terhadap dosen yang bersangkutan yang sempat terlihat di daerah unjuk rasa namun tak muncul untuk memberikan klarifikasinya, sontak terjadi penjemputan terhadapat dosen tersebut di ruang badan penjamin mutu (BPM), alhasil dosen tersebut tak di temukan di ruang kerjanya. Salah satu dosen dari perwakilan Campus ministri mencoba meredam suasana, berdialog dengan mahasiswa dan sempat terjadi adu pendapat, setelah itu massa aksi pun di arahkan kembali ke depan rektorat.
"Kami hadir karena geram terhadap penindasan-penindasan yang terjadi di kampus ini, kami mahasiswa bukan siswa yang ingin di bina bukan di binasakan. Tidak ada faktor, parameter ataupun landasan yang kuat bahwa IPK menjadi alasan untuk berlembaga. Sangat miris ketika pola pikir pejabat-pejabat di kampus ini mengatakan bahwa lembaga dianggap menjadi cikal bakal hancurnya nilai individual mahasiswa itu sendiri. UKIP tidak ada apa-apanya tanpa mahasiswa, universitas dikatakan ada ketika memiliki tempat berkuliah dan yang paling penting ketika universitas itu memiliki mahasiswa, lantas kenapa muncul paradigma bahwasanya kita menjadi lawan mereka. Dosen bukan dewa dan mahasiswa bukan kerbau yang dicambuk lalu masuk ke kandang makan dan tidur" orasi salah satu dari massa aksi.
Hingga sore menjelang Rektor tidak menemui mahasiswa dikarenakan adanya pertemuan dan kerjasama di kampus lain sejak pagi hari, namun setelah prmbicaraan oleh ketua Bem dan Rektor melalui via telepon, akan diadakan dialog terbuka pada 19 Desember pukul 09.00 WITA bertempat di Gedung Lilin. Aksi pun ditutup dengan doa bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar